Sabtu, 19 Desember 2009

makalh SNI 7 BAB 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September 1965 merupakan usaha yang kedua kalinya yang dilakukan oleh PKI dalam rangka merebut kekuasaan pemerintahan, setelah gagalnya pemberontakan PKI di Madiun 1948.

Pemberontakan PKI tahun 1965 berakibat dilarangnya partai tersebut dan diadilinya beberapa tokoh yang terlibat. Sementara pemberontakan PKI tahun 1948 tidak diikuti dengan larangan atas partai itu, walaupun Muso selaku pimpinannya ditembak mati. Dengan kata lain ,PKI pada tahun 1948 tidak pernah diadili karena pemberontakannya. Moedjanto (1993 : 133) menuturkan sebab-sebabnya sebagai berikut :

1) Tiga bulan sesudah pemberontakan meletus, pecahlah Agresi Militer Belanda II. Anggota PKI yang belum tertangkap berjuang melawan Belanda. Atas perjuangan mereka dosa-dosa PKI dimaafkan.

2) RI adalah negara demokrasi, karena itu kebebasan berserikat dijamin.

3) PKI sangat berpengaruh di kalangan kaum buruh yang banyak bekerja pada perusahaan Belanda. Dengan membiarkan PKI hidup maka perusahaan-perusahaan Belanda itu akan lebih mudah dikontrol.

Seiring dengan berjalannya pemerintahan Republik Indonesia yang semakin dewasa, semakin berkembang pula kedudukan PKI. Dalam pemilu

yang pertama tahun 1955, PKI termasuk ke dalam empat partai besar yang memperoleh 39 kursi. Tiga partai lainnya adalah Masyumi (57 kursi), PNI (57 kursi), dan NU (45 kursi). Sementara itu, 24 partai lainnya hanya mendapatkan satu, atau dua kursi saja, bahkan ada yang tidak mendapatkan kursi sama sekali. (Syahbuddin Mangandaralam, 1988 : 73)

Semenjak tahun 1951 pimpinan PKI jatuh ke tangan tokoh-tokoh muda seperti Dipa Nusantara Aidit (D.N. Aidit), Nyono, dan kawan-kawan. Pimpinan baru ini melaksanakan strategi perjuangan baru yakni Front Persatuan Nasional. Strategi ini mengharuskan PKI menerima kerjasama dengan partai-partai lain, termasuk PNI dan Bung Karno. Strategi mereka berhasil dan sampai dengan awal tahun 1965 mereka mengalami perkembangan yang pesat. Disamping perkembangan kuantitatif yang mengagumkan, organisasi PKI tersusun rapi, disiplinnya kuat dan bersih dari berbagai skandal (korupsi, dan sebagainya). (Moedjanto, 1993 : 134)

Sakitnya presiden Soekarno di tahun 1965 menyebabkan Aidit dan kawan-kawan PKI-nya merencanakan perebutan kekuasaan, agar tidak didahului oleh yang lain. Aristides Katoppo (1990 : 113) menuturkan :

Pada waktu pemakaman jenazah Bung Karno, Dr. Siwabessy (dokter pribadi Bung Karno sejak dulu) berkata kepada A.H. Nasution, “Kalau Aidit bertanya lebih dulu kepada saya tentang sakitnya Bung Karno (Agustus 1965) tentu saya akan beritahu, bahwa body-nya kuat, tidak akan segera lumpuh atau meninggal. Sehingga ia tidak perlu menggerakkan kup G. 30 S. Lihat, bagaimanapun juga, Bung Karno masih hidup sampai tahun 1970. Aidit hanya menerima pendapat dari dokter-dokter RRC”.

Untuk mengetahui peristiwa Gerakan 30 September 1965, maka kami membahas makalah yang diberi judul : “PENGKHIANATAN G. 30 S/PKI”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Masalah-masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini, kami rumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses awal terjadinya Gerakan G. 30 S/PKI ?

2. Bagaimana proses terjadinya Gerakan G. 30 S/PKI ?

3. Bagaimana akhir dari Gerakan G. 30 S/PKI ?

Untuk menghindari melebarnya permasalahan maka pembahasan dibatasi untuk kurun waktu (1965-1966).

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses awal terjadinya Gerakan G. 30 S/PKI.

2. Untuk mengetahui proses terjadinya Gerakan G. 30 S/PKI.

3. Untuk mengetahui akhir dari Gerakan G. 30 S/PKI.

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan oleh penyusun adalah metode Sejarah. Moh. Nazir (1988 : 56) mengemukakan pendapatnya tentang metode ini sebagai berikut :

Metode Sejarah merupakan suatu usaha untuk memberikan interpretasi dari bagian trend yang naik turun dari suatu status keadaan di masa lampau untuk memperoleh suatu generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang.

Tujuan dari penelitian dengan menggunakan metode sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis dengan mengumpulkan, mengevaluasikan serta menjelaskan dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan yang tepat.

Adapun teknik pengumpulan datanya adalah melalui kajian pustaka atau studi literatur, dengan cara mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan, membaca, menelaah, menyeleksi, dan menuangkannya ke dalam makalah.

Metode Sejarah atau metode historis ini mengandung empat langkah penting seperti yang diungkapkan oleh Ismaun (1992 : 125-131) sebagai berikut :

1. Heuristik.

Tahap ini merupakan langkah awal bagi penulis dalam proses mencari dan mengumpulkan bahan-bahan informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian skripsi ini.

2. Kritik.

Kritik sejarah adalah penilaian secara kritis terhadap data dan fakta sejarah yang ada. Data dan fakta sejarah yang telah diproses melalui kritik sejarah ini disebut bukti sejarah. Bukti sejarah adalah kumpulan fakta-fakta dan informasi yang sudah divalidasi, yang dipandang terpercaya sebagai dasar yang baik untuk menguji dan menginterpretasi suatu permasalahan.

3. Interpretasi.

Pada tahap ini, penulis mengadakan interpretasi (penafsiran) dan analisis terhadap data dan fakta yang terkumpul. Prosedur ini dilakukan dengan mencari data dan fakta, menghubungkan berbagai data dan fakta serta membuat tafsirannya.

4. Historiografi.

Setelah melakukan tahap-tahap dalam metode sejarah yaitu mengumpulkan data, kritik data dan interpretasi maka sebagai tahap terakhir dari metode sejarah adalah penulisan sejarah.

E. Sistematika Pembahasan

Makalah ini disusun dalam 4 (Empat) bab, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penulisan, metode dan teknik pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.

BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai awal, proses, dan akhir Gerakan G. 30 S/PKI.

BAB III ANALISA PASCA REFORMASI 1998

Dalam bab ini dikemukakan beberapa temuan (versi) dalang G. 30 S/PKI.

BAB IV PENUTUP

Berisi harapan kepada Generasi penerus untuk dapat mengambil hikmah dari peristiwa G. 30 S/PKI.

1 komentar: